LAHAT PUSAT MEGALITIK DUNIA

Rabu, 15-Januari-2025, 16:23


Lahat – Budaya megalitik berkembang di berbagai daerah di Indonesia hingga di belahan dunia lainnya. Di Inggris ditemukan circlestone atau batu melingkar yang dikenal sebagai Stonehenge. Di Carnac, Perancis deretan menhir. Di Easter Island, Chile ditemukan arca manusia dengan ukuran yang sangat besar.

Berdasarkan data  yang  dikumpulkan dari hasil penelitian parapeneliti manca negara maupun peneliti Indonesia, telahterkumpul sebanyak 22 wilayah persebaran situs yang menunjukkan kehadiran lokasi keberadaan megalitik. 

Peta. Sebaran Situs Megalitik di Kabupaten Lahat, Muara Enim, Empat Lawang dan Kota Pagar Alam (Sumber. BPCB Jambi)

Berdasarkan pengamatan terhadap 22 wilayah persebaranmegalitik didapat informasi ada sejumlah 593 situs megalitik yang meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,  Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Kalpataru. Majalah Arkeologi Vol. 22 No. 2, November 2013 : 61-122.

Untuk sebaran situs megalitik di Provinsi Sumatera Selatan berada di Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten OKU Selatan, Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Lahat. Dari ke-6 daerah tersebut Kabupaten Lahat memiliki situs megalitik terbanyak di ProvinsiSumatera Selatan bahkan di Indonesia dan mungkin di seluruh dunia. Saat ini telah terdata Kabupaten Lahat memiliki 70 situs megalitik dan merupakan situs megalitik terbanyak se Indonesia berdasarkan rekor MURI tahun 2012.

Megalitik Kabupaten Lahat yang sangat beragam dan merupakan ragam bentuk megalitik yang paling banyak di Indonesia juga sebaran situs megalitik yang paling banyak se Indonesia. Sebaran situs megalitik Kabupaten Lahat tersebar hampir di semua kecamatan di kabupaten Lahat. Saat ini tak kurang ada 70 situs megalitik yang tersebar di kecamatan Merapi Barat, Merapi Selatan, Lahat, Lahat Selatan, Pulau Pinang, Gumay Ulu, Pagar Gunung, Tanjung Tebat, Kota Agung, Mulak Ulu, Mulak Sebingkai, Pajar Bulan, Jarai, Sukamerindu, Muara Payang dan Tanjung Sakti Pumi. Tersebar di 16 kecamatan dari total 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Lahat.

Sangat wajar istilah “Negeri Seribu Megalitik” melekat pada Kabupaten Lahat. Pada tahun 2012 dikukuhkan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia), Kabupaten Lahat sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia. Dan megalitik Kabupaten Lahat juga merupakan “Megalitik Terbaik di Indonesia” seperti ditulis oleh Lonely Planet dalam bukunya berjudul Indonesia The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia. The best examples of this type are  at  a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang”(Pahatan Pasemah merupakan contoh terbaik dari arca batu prasejarah di Indonesia. Contoh terbaik dari jenis ini adalah di situs yang disebut Tinggi Hari, 20 km dari Lahat, di sebelah Barat sungai kota kecil Pulau Pinang). Dari kedua pernyataan tersebut dan dibuktikan dengan keberadaan situs megalitik di Kabupaten Lahat makin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai Negeri Seribu Megalitik.

Kehidupan masa prasejarah telah berkembang di Kabupaten Lahat ribuan tahun silam dengan peninggalan yang masih terlihat hingga kini. Peninggalan prasejarah merupakan periode kehidupan umat manusia yang mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Peninggalan megalitik di Kabupaten Lahat muncul dalam bentuk yang begitu unik, dinamis, atraktif, langka dan mengandung unsur kemegahan serta bentuknya monumental yang tidak ditemukan di belahan dunia manapun.

Peninggalan megalitik merupakan suatu warisan nenek moyang yang tidak hanya diwariskan budaya material yang begitu menakjubkan akan tetapi tersimpan nilai-nilai yang menjadi tanda bukti otentik dari aktifitas masyarakat yang bermukim di Kabupaten Lahat yang dapat dicontoh dan diteladani seperti kreatifitas, inovasi, kerja keras, disiplin dan  kerjasama.

Perhatian terhadap peninggalan megalitik di wilayah Budaya Pasemah (Lahat, Pagaralam, Muara Enim dan Empat Lawang)sangat besar. Perhatian tersebut tidak terlepas dari nila-nilai arkeologis saja tetapi juga nilai-nilai keunikan, kelangkaan, kemegahan dan ragam bentuk yang banyak dan dinamis.Peninggalan megalitik Pasemah hingga saat ini belum ada tandingannya, baik dalam segi bentuk, nilai arkeologis, maupun aspek lainya.

Tulisan paling awal yang membahas keberadaan megalitik di Kabupaten Lahat adalah tulisan L.Ullman dalam artikelnya “Hindoe belden in de binnelanden van Palembang” yang dimuat dalam Indich Archief tahun 1850. L.Ullman menyebut bahwa pahatan-pahatan yang ada di Pasemah merupakan peninggalan dari masa Hindu.

Lalu ada tulisan “Hindoe Monumenten in de bovenladen van Palembang”. Tulisan E.P.Tombrink pada tahun 1872 ini juga mengatakan bahwa peninggalan yang ada di Pasemah merupakan peninggalan dari masa Hindu. Ahli lainnya yaitu Westenenk juga menyimpulkan peninggalan yang ada di Pasemah merupakan hasil pengaruh Hindu.

Laporan penemuan yang telah ditulis para ahli ini mengusik tokoh Belanda lainnya yaitu Van Erde yang akhirnya memberi tugas kepada Van der hoop untuk melakukan penelitian lebih detail. Kemudian Van der hoop melakukan penelitian selama 7 bulan di tanah Pasemah pada tahun 1931 yang menghasilkan sebuah buku berjudul “Megalitihic Remains in South Sumatra”.Buku yang terbit pada tahun 1932 dengan lengkap bercerita tentang tinggalan arca, lesung batu, lumbang batu, dolmen, bilik batu, menhir dan tinggalan lainnya beserta foto-foto dan peta-peta sebaran peninggalan megalitik. Penelitian Van der hoop memupuskan pendapat para ahli sebelumnya yang telah bertahan selama 82 tahun yang menyebut tinggalan di Pasemah sebagai peninggalan dari masa Hindu.

Pada tahun 1934 muncul juga tulisan oleh H.W.Vonk tentang batu berelief yang menggambarkan dua manusia memegang nekara di Desa Air Puar Kecamatan Mulak Ulu dengan judul tulisan “De batoe tatahan bij Air Poear”. Penelitian Van der hoop dan H.W.Vonk mematahkan pendapat sebelumnya yang akhirnya menyepakati bahwa peninggalan batu-batu pahatan di Pasemah seperti di Tinggihari, Tanjung Telang, Tanjung Sirih, Air Puar, Rindu Hari, Gunung Megang, Pulau Panggung dan lainnya merupakan peninggalan masyarakat tradisi megalitik.

Di tahun 1936 C.W.Schuler menemukan lukisan pada dinding bilik batu di Pasemah yang ditulis  dalam artikelnya berjudul “Megalithicsche oudheden in de Palembangsche bovenlanden en Overheidzorg”. Maka mulailah terungkap adanya lukisan yang menarik di dalam bilik batu di Pasemah yang memberikan pengetahuan penting untuk diteliti lebih lanjut. Kemudian di tahun 1938 mengugah Frederic Martin Schnitger untuk melanjutkan penelitian di Pasemah, ia membahas megalitik di Sumatra Selatan dalam kaitannya dengan seni dalam tulisannya “Prehistoric Monument in Sumatra”. Di tahun 1939 Schnitger juga menerbitkan tulisan yang membahas khusus arca-arca besar megalitik yang ia temukan berada di Sumatra Selatan.

Setelah perang dunia kedua yaitu tahun 1945 muncul tulisan yang sangat menarik dari Von Heine Geldern yang menyebut bahwa tradisi megalitik di dataran tinggi Pasemah merupakan hasil karya budaya yang bersifat dinamis yang disebutnya “strongly dynamic agitated”. Dan berikutnya di tahun 1958  sebuah buku yang menyebut arca atau pahatan di Pasemah sebagai masa perunggu Indonesia. Buku tersebut berjudul “The Bronze Iron Age of Indonesia” ditulis oleh Van Heekeren seorang kebangsaan Belanda.

Selanjutnya perhatian tentang budaya Pasemah mulai ditangani oleh para peneliti Indonesia, seperti R.P Soejono, Teguh Asmar dan Haris Sukendar. Peninggalan megalitik Pasemah menjadi bahan bahasan berbagai ahli baik dalam forum nasional maupun internasional. Dalam berbagai papernya R.P.Soejono berkali-kali menyebut adanya budaya leluhur bangsa di tanah Pasemah.Begitu juga dengan Teguh Asmar telah memilih bilik batu di Jarai Kabupaten Lahat sebagai topik makalahnya yang dibacakan dalam sebuah forum seminar yang diadakan di Kota Praha, Republik Ceko.

Pada tahun 1973, tim dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerjasama dengan University of Pennsylavania Museum yang dipimpin oleh Dr.Bennet Kempers, mengadakan penelitian di situs-situs arkeologi di Sumatra Selatan, yaitu di situs Tanjung Aro telah menemukan sebaran dolmen dan arca manusia dibelit ular. Di Gunung Megang Kecamatan Jarai  menemukan beberapa tutup kubur batu yang berkamar yang disebutnya sebagai peti batu, yang telah dibuka oleh penduduk setempat pada tahun 1972 dan menemukan beberapa alat peruggu dan manik manik.

Pada tahun 1992 Tim Penelitian Situs Jarai dan Pagar Alam mengadakan penelitian Arkeologi Ekskavasi dan Survey Situs Jarai Kabupaten Lahat, tahap II. Tujuan penelitian untuk memperoleh data lukisan dari masa tradisi megalitik. Bagyo Prasetyo 1992. Pada Tahun 1993 penelitian bidang arkeometri juga melakukan kegiatan penelitian di situs Kota Raya Lembak untuk melihat jenis batuan yang menyusun Budaya Pasemah dan menyusun data geologi Daerah Kabupaten Lahat. Penelitian ini dipimpin oleh Fadlan S.Intan.

Balai Arkerologi Palembang mulai mengembangkan penelitian megalitik Pasemah sejak tahun 1996, dengan melakukan surveyyang diketuai oleh Drs Budi Wiyana. Pada tahun 1998 melalui ekskavasi di situs Kunduran dan Muara Betung mulailah ditemukan adanya penguburan dengan tempayan kubur.

Haris Sukendar telah mengembangkan penelitian megalitik di kawasan Pasemah. Pada salah satu bukunya Haris Sukendar pada tahun 2003 menyatakan bahwa Situs Tinggihari telah memiliki sistem organisasi sosial serta memiliki kepercayaan kepada arwah nenek moyang. Selain itu juga sudah mengenal domestikasi hewan, teknik pembuatan gerabah, teknik pemahatan, dan seni lukis.

Pada Tahun 2002 dan 2004 Balai Arkeologi Palembang di situs Muara Payang Kabupaten Lahat dengan melakukan penggalian dan survey dan ditemukan berbagai jenis pola penguburan dengan tempayan. Bagyo Prasetyo pada tahun 2007-2009 melakukan penelitian keruangan atas peninggalan megalitik Pasemah. Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Lahat maupun Kota Pagar Alam karena wilayah tersebut berada dalam satu kesatuan budaya. Situs-situs yang teridentifikasi ada 45 situs dengan 362 peninggalan megalitik. Dari sejumlah temuan tersebut dolmen menempati 30 situs dan arca megalitik terdapat di 28 situs.

Tahun 2010 penelitian di kawasan situs-situs megalitik di kawasan Kecamatan Pajar Bulan juga pernah diteliti oleh Balai Arkeologi Palembang, dengan melakukan survei dan ekskavasi di situs Kota Raya Lembak dan situs Pulau Panggung. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 telah ditemukan: Lumpang Batu berhias dan polos sebanyak 12 buah, Lesung Batu sebanyak 23 buah, Dolmen sebanyak 79 buah, Batu Datar jumlahnya 117 buah, Batu Berelief motif manusia : jumlahnya 1 buah. Arca megalitik ibu menggendong anak ada 1 buah. Tetralith jumlahnya 10 buah. Batu Temu Gelang jumlahnya 1 buah.

Tahun 2011 Balai Arkeologi Palembang melanjutkan penelitian pemukiman tradisi megalitik di situs Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Situs-situs yang menjadi target penelitian adalah Tanjung Menang, Jemaring, Gunung Kaya, Gunung Megang, Muara Tawi dan Pagar Dewa.

Di tahun 2019 Balai Arkeologi Sumatera Selatan melakukan penelitian tata ruang pemukiman megalitik di situs-situs arkeologi Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Adapun desa-desa yang menjadi obyek penelitian adalah desa Kota Raya Lembak, Pajar Bulan, Sumur, Talang Pagar Agung, Benua Raja, Talang Padang Tinggi dan Pulau Panggung. Dari hasil penelitian ini memperoleh data tentang adanya sebaran megalitik serta tempat upacaranya sekitar halaman yang berderet memanjang yang terletak di bagian tengah dan di deretan belakang hunian permukiman mereka. Di halaman terdiri dari  berbagai sarana seperti arca megalitik, dolmen, batu datar, batu tetralith, bilik batu, batu gelang, batu berelief, sedangkan batu lesung dan batu lumpang terletak agak di sisi luar dari sebaran megalitik yang lainnya. 

Di tahun 2024 penelitian masih terus berlanjut yang dilakukanoleh peneliti dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Penelitian lebih khusus untuk mengetahui umur daripada lukisan didalam bilik batu yang ada di wilayah Megalitik Pasemah.

Dari masa awal penemuan megalitik Kabupaten Lahat pada than 1849 dilanjutkan dengan banyak penelitian, promosi dan publikasi akan tetapi megalitik Kabupaten Lahat belum banyak dikenal bukan saja oleh masyarakat Sumatera Selatan dan Indonesia tetapi oleh masyarakat Kabupaten Lahat sendiri. Hal ini dapat dibuktikan sedikitnya jumlah kunjungan ke situs-situs megalitik. Kunjungan wisatawan lebih banyak ke destinasi alam seperti gunung, bukit, air terjun dan destinasi wisata buatan seperti taman-taman.

Melihat hal tersebut perlu adanya suatu terobosan baru yang harus dilakukan oleh Pemkab Lahat agar kunjungan ke situs megalitik dapat meningkat seperti situs megalitik atau cagar budaya di daerah lain. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat Pusat Informasi Megalitik Dunia. Hal ini selaras dengan teori yang menyebut pembangunan yang sukses harus memenuhi 3 syarat yaitu : something new, something different dan something monumental. Ketika Pemkab Lahat membangun Pusat Informasi Megalitik Dunia maka merupakan : pertama sesuatu yang baru dan belum pernah ada dimanapun di dunia, kedua merupakan hal yang berbeda dan belum ada dimanapun dan yang ketiga merupakan sesuatu yang monumental atau penting.

Pembangunan Pusat Informasi Megalitik Dunia dapat dilakukan di Situs Megalitik Tinggihari. Di Pusat Informasi Megalitik Dunia bukan hanya bisa melihat benda-benda megalitik yang ada di Situs Megalitik Tinggihari saja akan tetapi akan tersaji informasi yang terkait megalitik di Indonesia dan seluruh dunia. Informasi dapat berupa foto-foto megalitik, ruang theater yang menampilkan film megalitik di seluruh dunia, replika megalitik dari berbagai negara, perpustakaan, kios souvenir, resto dan fasilitas publik lainnya.

Dengan adanya Pusat Informasi Megalitik Dunia beserta fasilitasnya maka dapat menciptakan ekonomi baru di situs megalitik yang selama ini, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di sekitar situs megalitik, meningkatkan kunjungan wisatawan dan pendapat asli daerah.

Smoga ide dan gagasan ini dapat menjadi pertimbangan Pemkab Lahat terkhusus kepada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lahat yang baru terpilih untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya daerah sendiri yang merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia. (HRN/LO, MARIO)

Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT - Rabu, 15-Januari-2025 - 16:23

LAHAT PUSAT MEGALITIK DUNIA

selengkapnya..

MERAPI SELATAN - Jumat, 10-Januari-2025 - 14:45

Kecamatan Merapi Selatan Monev Desa Padang

selengkapnya..

MERAPI SELATAN - Jumat, 10-Januari-2025 - 14:44

Kecamatan Merapi Selatan Monev Desa Tanjung Menang

selengkapnya..

MERAPI SELATAN - Jumat, 10-Januari-2025 - 14:44

Kecamatan Merapi Selatan Monev Desa Talang Akar

selengkapnya..

Loading poll ...

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater