Konferensi XXIII PGRI Lahat, Guru Penggerak Perubahan, Pilar Indonesia Emas

Rabu, 2-Juli-2025, 19:31


Lahat – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Lahat menggelar Konferensi Kabupaten XXIII Tahun 2025 di Hotel Santika, Rabu (02/07), dengan mengusung tema besar “Transformasi PGRI Menuju Indonesia Emas”.

Kegiatan ini menjadi ruang refleksi strategis bagi para guru dan pendidik dalam menyongsong era baru pendidikan menuju visi Indonesia Emas 2045.

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Lahat, Bursah Zarnubi, perwakilan PGRI Sumatera Selatan, Anggota DPRD Lahat Fraksi Golkar Sri Marhaeni Wulansih, SH., kepala OPD Pemkab Lahat, pengurus PGRI, serta tamu undangan lainnya.

Ketua PGRI Kabupaten Lahat, Dr. Hasperi Susanto, S.Pd., M.M., dalam sambutannya menyampaikan bahwa konferensi ini bukan sekadar agenda lima tahunan, melainkan momentum untuk merapatkan barisan demi suksesnya pembangunan daerah melalui sektor pendidikan.

“Konferkab ini harus berkarakter, berjalan lancar, dan sesuai harapan. Kita satukan visi membangun desa dan menata kota melalui kekuatan pendidikan,” tegasnya.

Wakil Ketua I PGRI Provinsi Sumatera Selatan, Dr. H. Lufman Haris, dan Aris Munandar dari PGRI Provinsi Jawa Tengah turut menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan konferensi ini. Keduanya menekankan pentingnya inovasi, pembaruan, serta adaptasi guru terhadap tantangan zaman.

“Transformasi bukan pilihan, melainkan keharusan,” kata Aris Munandar.

Sementara itu, Bupati Lahat Bursah Zarnubi dalam sambutannya menekankan bahwa guru adalah aktor utama dalam mencetak generasi pemimpin masa depan.

“Guru adalah penggerak perubahan era 4.0. Tidak semua orang bisa menjadi guru, karena guru adalah mereka yang memiliki ilmu, integritas, dan tanggung jawab untuk mencetak manusia beradab,” ucapnya.

Ia mengaitkan pentingnya pendidikan dengan perintah Iqra dalam Al-Qur’an, yang menjadi dasar peradaban ilmu dalam Islam. Menurutnya, tak ada bangsa besar tanpa ilmu pengetahuan, teknologi, dan sains.

“Kalau kita tidak mengenal Al-Khawārizmī, penemu aljabar, maka kita tidak akan mengenal algoritma. Dan tanpa algoritma, kita tidak akan mengenal proses komputer. Ini bukti bahwa pengetahuan menentukan arah peradaban,” ungkap Bursah.

Ia juga menyebut bahwa universitas-universitas tertua di dunia seperti Al-Zaituna, Al-Karaouine, dan Al-Azhar lahir dari masjid, sebagai bukti pendidikan tidak bisa dilepaskan dari akar budaya dan spiritualitas.

Lebih jauh, Bursah menyoroti pentingnya pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ia menyesalkan skor PISA Indonesia yang masih rendah dan menyatakan komitmennya untuk mendorong pendidikan berkualitas merata tanpa ketergantungan pada sistem bimbingan belajar komersial.

“Bimbel hanya bisa dinikmati orang kaya. Maka saya ingin anak-anak desa pun bisa menguasai STEM tanpa terbebani biaya,” tegasnya.

Konferensi ini menjadi titik awal penguatan komitmen seluruh elemen PGRI dalam memperjuangkan pendidikan yang berkualitas, merata, dan berkeadilan, demi tercapainya cita-cita Indonesia Emas 2045.

(YOKI)

Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

MERAPI BARAT - Rabu, 25-Juni-2025 - 21:41

Pemdes Ulak Pandan Merapi Barat Bangun SPAL

selengkapnya..

Loading poll ...

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater