BELAJAR DARI JEJAK SEJARAH PERADABAN DI GUMAY ULU LAHAT

Jumat, 18-April-2025, 07:03


LAHAT – Artefak di Desa Simpur Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian penting dari warisan budaya yang mencerminkan sejarah dan peradaban masyarakat setempat, Lahat, 18/04/2025

Salah satu yang menarik di Sumatera Selatan. Situs ini menyimpan jejak kehidupan manusia purba yang diperkirakan sudah ada sekitar 4.000 tahun yang merupakan jejak peradaban manusia.

Penelitian arkeologi di kawasan ini telah menemukan berbagai artefak, yang menunjukkan adanya aktivitas manusia purba. Artefak-artefak ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat setempat, peradaban manusia di pulau Sumatera. Namun, keberadaan artefak ini menghadapi tantangan, seperti kurangnya promosi, ancaman dari aktivitas penambangan dan perambahan hutan.

Oleh karena itu, upaya pelestarian sangat penting untuk menjaga warisan budaya ini agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang, demikian yang disampaikan Tedi Mulyadi, SPd selaku Kepala Sekolah SMA Al Falah Jakarta Timur setelah bertandang melihat situs-situs megalitik Tinggihari I, Tinggihari III dan Batu Tigas di Kecamatan Gumay Ulu.

Selanjutnya Seva Liana yang merupakan wali kelas XI SMA Al Falah Munjul Ciracas Jakarta Timur dan pernah belajar metode project based learning di sekolah G.C.C.S Rocheater New York pada tahun 2005 yang memdampingi siswa melakukan perjalanan ilmiah ke Provinsi Sumatera Selatan selama satu pekan menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk mempelajari sejarah, sumber daya alam, budaya, ekonomi yang ada di Provinsi Sumatra Selatan terutama di Prabumulih, Lahat, Pagar Alam dan Palembang.

“Seluruh siswa terlibat aktif dan mendapatkan banyak pengetahuan baru saat belajar bersama di Situs Megalitik dan Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo Lahat, Pabrik Teh di Pagar Alam, Pertamina EP di Prabumulih, Museum Balaputradewa, Benteng Kuto Besak (BKB), Sangar Rumah Budaya Palembang Nian, Masjid Agung, Kampung Arab, Museum Sultan Mahmud Badarudin II, Songket Fikri, belajar buat pempek dan wisata ketek Pulau Kemaro di Palembang” tutur Seva menegaskan.

Dituturkan juga oleh Khalila Putri Az Zahra, selaku ketua Ekspedisi “Cerito Kito”. Ekspedisi ini merupakan salah satu program sekolah Al Falah untuk SMP dan SMA yang mempraktikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga bisa lebih paham. Tujuanya untuk mengaplikasikan pembelajaran selama satu tahun di sekolah. Ekspedisi Cerito Kito yang berarti kisah kita dalam mempelajari Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya yang terletak di Sumatera Selatan.

Diharapkan Ekspedisi Cerito Kito bisa mengajarkan bahwa kebersamaan adalah kekuatan yang mampu mengatasi segala tantangan serta rintangan. Sesuai dengan materi 7 essensial life skills yang kami pelajari di sekolah, seperti Critical Thinking, Problem Solving, Making Connection, Communication, Taking on Challenges, Focus and Self Control dapat kami praktikan selama ekspedisi.

“Tahun ini kami (SMA) berkesempatan melakukan ekspedisi ke Sumatera Selatan untuk belajar SDA, Sejarah dan Budaya. Dua hari pertama kami belajar di area Pagar Alam dan Lahat. Sangat berkesan bagi saya ketika mempelajari mengenai situs Megalitik Batu Tigas, Tinggihari I dan Tinggihari III. Tempat tersebut sudah merangkum materi sejarah dan budaya di Lahat. Seperti peninggalan berupa arca yang merupakan tempat kepercayaannya arwah leluhur.

Sayangnya peninggalan tersebut banyak yang sudah tidak terbentuk utuh karena ulah manusia. Walaupun tidak berbentuk dengan sempurna, berkat penyampaian informasi yang diberikan oleh pak Mario saya jadi paham. Saya berharap semoga semakin banyak orang yang mau belajar peninggalan sejarah agar kita bisa senantiasa bersyukur berkat apa yang telah Allah berikan kepada kita”. Ujar Khalila menyampaikan ajakan.
Ranu peserta Ekspedisi Cerito Kito mengatakan “saya sudah melakukan ekspedisi selama 5 kali selama sekolah di Al Falah yaitu kunjungan 3 provinsi di pulau Jawa selama SMP, Lombok di Nusa Tenggara Barat, Kota Padang di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan sebagai penutup saat saya SMA.

Menurutku di Sumatera Selatan ini unik karena mempelajari tentang situs megalitik Tinggihari di Desa Simpur Kecamatan Gumai Ulu Kabupaten Lahat.

Uniknya karena situs megalitik ini bukan hanya sebuah ukiran saja melainkan terdapat sejarah dan pelajaran dibaliknya serta arca-arcanya patut dibanggakan dan dikenal oleh banyak orang karena bentuk serta sejarahnya yang unik”.

Selain mengunjungi 3 situs megalitik Ekspedisi Cerito Kito juga ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo di Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat. ”Kunjungan ini benar-benar membuka mata kami bahwa gajah bukan hanya hewan besar yang mengagumkan, tetapi juga cerdas dan mampu dilatih untuk membantu manusia dalam berbagai situasi.

Pengalaman ini memberi kami pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan hewan. Terang Nafila setelah berkunjung ke PLG Bukit Serelo. Kemudian tim ekpedisi menikmati keindahan Bukit Serelo. ”Bukit ini memiliki keunikan yaitu bentuknya seperti jempol manusia bila dilihat dari arah barat dan terlihat seperti telunjuk bila dilihat dari arah timur. Bukit Serelo benar-benar merupakan bukit terunik di dunia” ujar Adid semangat bercerita.
Sewaktu di Prabumulih Ekspedisi Cerito Kito mengunjungi PT Pertamina EP Asset 2, disini belajar langsung tentang proses hulu (upstream) dalam industri minyak dan gas bumi. Minyak sejak pertama kali ditemukan di Prabumulih pada tahun 1870 dan masih beroperasi hingga kini.

“Kami belajar bagaimana proses pengangkatan hidrokarbon dari bawah tanah hingga ke permukaan membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 4 bulan, sebelum akhirnya dipisahkan antara minyak dan gas, lalu disimpan dalam tangki pengumpul. Kami juga mempelajari tahapan eksplorasi, mulai dari studi geologi, geofisika, survei seismik, hingga pengeboran untuk memahami struktur dan aktivitas bawah tanah”. Cerita Fina setelah mendengar penjelasan dari pihak Pertamina.

Di Kota Palembang Ekspedisi Cerito Kito, belajar cara membuat pempek, melihat langsung proses pembuatan kain songket di Songket Fikri, ke Sanggar Rumah Budaya Palembang Nian untuk melihat kegiatan belajar menari, mengunjungi Museum Balaputradewa, Museum Sultan Mahmud Badarudin II, Kampung Al Munawar atau Kampung Arab, PLTS di Jaka Baring yang menghasilkan listik dari sinar matahari dan menyusuri sungai Musi yang merupkan sungai terbesar di Sumatera Selatan dengan mengunakan perahu ketek
Selama di Kota Palembang kami juga mempelajari tentang seni dan kebudayaan yang ada di kota palembang, salah satunya adalah tari sambut atau gending sriwijaya yang di persembahkan untuk menyambut para tamu yang datang. Lalu beberapa kerajinan tangannya ada songket, batik, kapur sirih, dan tanah liat, ujar Javier.

Kemudian Fina menambahkan “Kunjungan ini menjadi pengalaman berharga yang membuka wawasan kami tentang pentingnya melestarikan warisan budaya melalui tangan-tangan terampil pengrajin lokal”. “Yang membuat saya terkesan, seluruh koleksi di museum ini tertata dengan sangat baik dan terawat. Kunjungan ini memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan pentingnya pelestarian budaya, kata Alifah menambahkan.

Begitulah beberapa kesan dan pengalaman dari Ekspedisi Cerito Kito SMA Al Falah Jakarta Timur selama berkunjung ke Sumatera Selatan untuk melihat dan mempelajari Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya.

HERN4N/LO

Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT - Kamis, 17-April-2025 - 20:25

BELAJAR DARI SEJARAH

selengkapnya..

Loading poll ...

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater